Kadang member jombloers sering “dibully” gang romansaers sbg
“loners yg berharap hujan turun”, sementara di sisi lain, gang of single juga
melakukan “serangan balik” kepada the familiers bahwa “percuma dobel bila
justru tertekan, sementara sang single masih bisa bebas kemana-mana”,
hahahaha....:p
Ya memang begitu kenyataannya. Keduanya punya “madu dan
racunnya” masing-masing. Karena hidup emang gak bakal pernah sempurna. Emang
saat sendiri mungkin tak memperoleh seorang partner istimewa yang bukan hanya
bergerak sebagai sahabat namun juga afeksi dan intimasi seperti yg terjadi bila
menikah (karena udah jelas persahabatan ya ada batasnya dunk, hohoho....:p)
Sementara yang dobel juga gak menjamin kemudian perfectly
happily ever after layaknya film-film dongeng animasi. Which is, selera makan
beda aja bisa jd sumber “ledakan” itu baru yang sifatnya internal belum lg kalo
big famz kedua pihak ikut masuk, bisa langsung “duar”, hahahaha....
Jadi sebenernya esensinya cuman cukup “liat ke dalam diri
masing-masing”. Dengan selalu bisa internal awareness (kewaspadaan ke dalam
diri) maka kondisi apapun tetap bisa peaceful. Termasuk juga bila sampe
misalnya ternyata salah pilih pasangan (karena sudah cermat dan juga hati hati
aja, plus sudah dapet yg almost perfect masih gak bisa diprediksi apakah dia
baik selamanya atau enggak (karena orang bisa aja berubah dan keluar “aslinya”
saat jatuh, terpuruk atau bahkan kondisi sakit berat), termasuk pasangan sudah “dewa/dewi”
ternyata keluarganya “monster inc.”, hahahahahahah, atau bahkan tertipu dengan “promo/marketing
dan iklannya” yang begitu masif saat sebelum merid dan ternyata faktanya wattaw, hihihi....:p
Nah, kalo kita aja ternyata tipe sensian, baperan maka
kondisi apapun mau single mau dobel pasti gak bakal ada bedanya, always neraka
:p Memang gak bakal pernah ada orang sempurna, tapi sebisa mungkin sekurang
apapun diri kita, jadi dewasa itu udah jelas pilihan karena jd tua itu emang
alamiah.
Memang kita harus berhadapan sama ortu yang desek (terutama
kalo anaknya cewek), omongan orang seakan “jomblo itu semacam kutukan atau
penyakit langka” (hahahahah....:p), itu gak perlu kita sangkal apalagi di
lawan. Bukan kenapa, buang energi guys plus emosi (bahkan kedongkolan yang
sampe kebawa di lubuk hati terdalam, wkwkwkwk....:P) cuman akan membawa kita
semakin menjauh dr kebahagiaan (bahkan bukan hanya menjauhkan kita dari kedatangan
jodoh kita akibat blocking dari emosi negatif kita juga bisa aja sampe merid
pun, emosi bawah sadar itu kebawa dan akhirnya pas sebaik apapun pasangan kita
bisa aja pecah karena kekurang mampuan kita memanajemen emosi kita sejak awal,
apalagi pas dapet yg kebetulan horror,
udah selesai, kelar hidup kita, hahahahahah....:p).
Bersedia ngertiin bahwa semua kekepohan dan kegaduhan yang
terjadi lebih kepada karena sebagai bentuk kepedulian dan cinta mereka kepada
kita (bahkan termasuk yang pihak yang negatif sekalipun jadikan sebagai
motivasi) karena balik-balik ya semua bukan tergantung kondisi luar diri kita,
tapi bagaimana respon dan reaksi kita saat menerima dan menghadapinya kan.
Ilustrasinya gini: semua pasti berdoa untuk sehat, tapi sakit tetep aja dateng kan.
Demikian jg saat di jalan, mau sehebat apapun kita jago nyetir bahkan udah
super hati –hati sekalipun kita gak bisa menghindari pengemudi yang ceroboh yg
bisa hajar kita dr arah mana saja dan juga kapan saja. So, intinya masalah udah
jelas gak bisa kita hentikan, tapi kita masih bisa kendalikan respon kita, dan
ujungnya, nanti mau status apapun (mau singel atau dobel) kita pasti bisa hepi
dan peaceful.
Pasti pada bilang, “AH INI TEORI DOANG, YANG SHARE JUGA
BELUM TENTU BISA PRAKTEKKIN”. Maka saya juga bisa menjawab dari sisi
sebaliknya, “bahwa yang superb couple sekalipun, share dan resep mereka juga
belum tentu bisa dipake sama couple lain, karena setiap couple punya masalahnya
masing-masing karena kondisi keluarga besar dan karakter masing-masing berikut
problem yang mereka hadapi di kesehariannya jelas berbeda satu sama lain, plus
mereka terus belajar, karena masalah terus akan datang dan tak pernah berhenti
sampai maut memisahkan (jadi gak ada garansi juga bahwa yang udah lama merid
plus terlihat baik-baik saja dijamin bahagia selalu juga, karena di lapangan
kita juga banyak menemukan yg berpisah saat justru sudah kakek-nenek, atau yang
“terpaksa bertahan demi menjaga nama baik keluarga dan juga keturunannya”).”
Share ini lebih sifatnya universal, yaitu pembelajaran kedamaian diri sehingga
siap dalam menghadapi situasi dan kondisi apapun yang siapa tahu bisa
bermanfaat untuk menghadapi kondisi maupun status apapun.
Tidak perlu jadi bijak dulu apalagi sampai suci. Ini lebih
kepada simple kindness in our daily life. Gak harus kebajikan besar atau
latihan dahsyat semisal bertapa 49 hari di tempat keramat, hohoho...:p Dan
kebaikan itu adalah pelajaran tentang melepas. Karena kalo enggak, sebanyak apapun
benih ditanam juga selain pahalanya berkurang dan bisa aja minus, juga gak
membuat kita bertumbuh. Selain itu, kebajikan yg tulus dan juga melepas akan
menarik gelombang energi yg sama karena demikianlah hidup, jenis hanya ketemu
jenisnya. Bisa aja hadir dalam bentuk jodoh pasangan yang baik atau dalam
bentuk yg berbeda meski mungkin harus single sampai akhir, karena bahagia juga gak
harus selalu dibagi berdua kan tapi juga bisa berjamaah (saat single kita bisa
kontribusi maksimal kepada lebih banyak komunitas, bila dibandingkan keluarga
yg sudah ada tanggung jawab untuk memeliharanya). Intinya kalo single jangan
iri apalagi sampai ganggu keluarga orang dan kalo udah keluarga jangan sampe
bertingkah single krn berani memilih hidup berkeluarga ya wajib dijaga dengan
baik, karena ada pepatah,”negara kuat berasal dari masyarakat yang sehat dan
masyarakat yg sehat berawal dr kumpulan keluarga-keluarga yang bahagia”.
Terakhir, karena kebaikan itu sederhana, maka cukup ulangi
setiap saat, setiap hari, setiap jam, menit dan detik, untuk bakti kepada ortu
(bahkan bila ortu buruk sekalipun, karena kesalahan mereka itu masalah mereka
dengan hidupnya sementara berbakti itu urusan kita dengan hidup kita sendiri,
terlebih kita bisa lahir dr mereka pasti ada jodoh yang sangat kuat karena
murni dari tanaman kita sendiri), rajin berbagi (berdana) dan menjaga
etika/moralitas kita (plus latihan spiritual bila dimungkinkan untuk
menyempurnakan kebaikan hidup kita), lebih kepada kesadaran kecil bahwa hidup
selalu berubah dan gak pernah pasti dan sekaligus hanya sebatas hembusan nafas
kita yang (maaf) bisa berhenti kapan saja.
Selamat hari kasih sayang
Semoga semua selalu berbahagia
Wedyanto Hanggoro _/\_ :D
Komentar
Posting Komentar