Langsung ke konten utama

Fatamorgana dalam Dunia Relasi

Istilah fatamorgana digunakan dalam bidang ilmiah sebagai melihat sesuatu yang tampak ada namun sebenarnya tidak ada. Demikian dalam bidang relasi begitu banyak fatamorgana telah menyebabkan "korban" begitu banyak, dimana banyak pasangan yang sesungguhnya mantap jiwa namun tak mampu bahagia, sementara yang penuh badai malah kadang bisa bahagia satu sama lain. Tulisan ini tidak mengeneralisir, namun hanya mereview sekaligus memberikan ilustrasi nyata beberapa fakta fatamorgana yang terjadi dalam dunia romansa.



1. JUAL MAHAL VERSUS JUAL MURAH

Well, dengan tidak bermaksud menghakimi, jual mahal sekaligus jual murah sulit untuk memperoleh pasangan apalagi untuk bahagia, karena bila yang satu MEMANDANG TERLALU TINGGI KEPADA DIRINYA SENDIRI sementara yang satu MEMANDANG RELATIF RENDAH AKAN DIRINYA SENDIRI. Calon2x "peserta" yang akan berjuang untuk audisi romansa di si jual mahal suatu saat pasti akan lelah, apalagi bila sampai kualitasnya ternyata tidak sesuai harga yang ditawarkan. Lalu apakah jual mahal kemudian salah? Sama sekali enggak, karena setiap dari diri kita berhak untuk berhati-hati dalam memilih pasangan hidup, apalagi kalo bisa menikah wajib sekali seumur hidup. Namun jual mahal sangat tidak direkomendasikan karena logika secara psikologis kurang lebih sama dengan ekonomis yaitu "SAAT KUALITAS TINGGI BISA BERBANDING DENGAN HARGA TERJANGKAU" maka itulah yang pasti relatif lebih mudah laris di pasaran.



Jual mahal kadang itu terjadi karena masalah insecure, takut mendapatkan yang salah tapi kualitas diri gak diupgrade sesuai dengan nilai jual, malah akhirnya justru yang mengantri daftar akhirnya semuanya orang salah, karena orang yang menjaga kesadaran (plus jernih jiwanya) lebih memilih mundur, sementara yang maju malah tipe posesif yang penasaran dengan tantangan, hahahhahaha.....:p




Bila nilai kita memang sungguh2x mahal, biasanya relatif lebih mudah "open minded" terhadap segala kemungkinan, sehingga gak perlu jual mahal, orang lain sudah pasti akan sangat menghormati, karena orang pintar (sekaligus sukur2x bijak) akan mampu mengenali mana yang luarnya tembaga namun dalamnya emas, atau mana yang luarnya terlihat bagai emas berkilau namun sesungguhnya tembaga.





Demikian pula dengan si jual murah. Jual murah ini biasanya dibedakan dua jenis, yang 1 karena takut gak laku karena sudah terdesak usia atau terdesak orang tua dan orang sekeliling sementara tipe jual murah 1-nya karena memandang rendah dirinya sendiri. Percayalah, orang berkualitas "mahal" (dan bukan jual mahal ya, hahhahahaah) pasti akan males banget sama yang tipe jual murah ini. Karena menghadapi tantangan hidup saja sudah lemah, apalagi nanti menghadapi kerikil yang muncul dalam mengarungi bahtera pernikahan.


jangan pernah memilih opsi "great sale" atau "jual grosiran" saat memasuki bursa romansa, karena selain kita sulit dihargai juga belum tentu laku, plus kalo laku pun kemungkinan besar bisa dapet pasangan yang sama murahnya atau kalo beruntung dapet yang baik pun, juga sulit bahagia, karena tidak terbiasa upgrade diri maka akan menyulitkan si baik yang suatu saat akan "lelah" mengerti kita yang biasanya cenderung minta dipahami dan bukan belajar untuk saling mengerti.


Intinya mau jual murah maupun jual mahal sama sekali gak bermanfaat, sebab keduanya hanya menyalurkan hasrat ego kita semata, Bila yang satu ego kesombongan yang memandang diri kita terlalu tinggi (padahal kualitas yang mahal sama sekali gak harus identik dengan harga yang mahal, karena banyak yang mahal tapi berkualitas buruk, sementara banyak yang justru harga terjangkau malah kualitasnya menakjubkan. Bila memang sungguh2x mahal kualitasnya, ia tidak takut untuk bersikap ramah bahkan membuka diri terhadap segala kemungkinan. Jual mahal seringkali timbul karena sebagai topeng untuk menutupi sebuah kualitas yang tidak sesuai dengan harga yang ditawarkan) sementara yang satu hanya menyalurkan ego kekanakan kita (relatif pengen dimengerti namun sulit mengerti).





2. MATREALISTIS VERSUS REALISTIS

Dalam berbagai forum diskusi, seringkali muncul kalimat seperti ini, "jaman sekarang bukan kami matre ko, untuk cakep butuh biaya, untuk sekolah anak jaman sekarang semuanya mahal, kita wajib realistis. Karena kaya aja belum tentu menjamin bahagia, apalagi kere".


Pendapat itu sama sekali gak salah. Saya gak akan bantah. Tapi ijinkan saya membagi 2 buah kisah berikut ini:



a. dikisahkan oleh salah satu pengusaha wanita ternama di Indonesia dalam sebuah forum seminar (nama minta disamarkan karena menurut beliau, yang lebih penting esensi dari jiwa kisah itu yang jelas jauh lebih utama)


1998, sang ibu membantu perjodohan salah satu sahabatnya yang saat itu sedang tertimpa musibah (efek dari tragedi tahun itu) hingga saat itu kehilangan nyaris segalanya dan menjadi seorang breeder dengan penghasilan yang tidak terlalu baik dan juga tidak pasti (dan saat datang ke restoran tempat pertemuan pun hanya menggunakan sepeda motor), sementara sang wanita yang akan dikenalkan kebetulan saat itu sedang di puncak karirnya, sukses kemilau dengan penghasilan yang penuh getar berikut datang dengan kendaraan yang menjadi simbol keberhasilannya.



Selama proses perkenalan, terlihat sekali "ketimpangan" itu karena sang perempuan memberikan respon yang bukan hanya kurang positif bahkan cenderung merendahkan. Namun tetap diupayakan termasuk bertukar kontak. Setelah berusaha sekian waktu, ternyata sang perempuan itu membentengi diri (sepertinya ia merasa seharusnya mendapatkan yang "sama tingginya" dengan dirinya, menurut sang narasumber) dan akhirnya sang pria sederhana (yang dulu sempat juga merasakan kondisi cukup sukses, hanya saja roda kehidupan saat itu sedang kurang berpihak padanya dan akhirnya saat itu posisi sedang di bawah) memilih mundur baik-baik secara ksatria.


Kemudian akhirnya beliau memperkenalkan sahabatnya itu dengan salah 1 sahabatnya yang lain, yang kebetulan saat itu baru merintis karir dari bawah juga, dan kemudian akhirnya mereka menikah. Kini mereka berdua sudah memasuki hampir 20 tahun usia pernikahan. lalu apa yang terjadi kepada mereka berdua. Sang istri kebetulan memiliki karir (juga pendapatan) yang jauh lebih sukses daripada sahabatnya itu (yang sampai sekarang masih setia sebagai breeder sekaligus bapak rumah tangga, karena memahami bahwa karir istrinya pasti akan sulit mengasuh buah hati mereka).


Namun yang berkesan bagi sang narasumber adalah bahwa suatu hari sang suami diberikan kado ulang tahun berupa kendaraan yang cukup baik dan disampaikan kepada buah hati mereka sebagai hasil tabungan sang papa. Sang narasumber tahu kenyataan sebenarnya, bahwa itu adalah bentuk "PENGHORMATAN" atas ketulusan suaminya "menggantikan" tugasnya sebagai bapak sekaligus ibu bagi buah hati mereka. Seperti ditegaskan oleh sang istri bahwa," kado itu tidak akan pernah akan cukup menggantikan semua toleransi dan keikhlasannya, sementara ia sengaja melakukan itu lebih semata karena mendidik anaknya untuk hormat kepada ayahnya sesungguhnya sama saja menanam benih penghormatan bagi dirinya sendiri sebagai ibu".



Lalu bagaimana dengan nasib wanita pertama di atas? kebetulan kondisinya kurang baik saat ini, bahkan untuk makan sehari-hari pun berasal dari bantuan orang lain. Sungguh nasib orang gak bisa ditebak, roda terus berputar. Kerendahan hati adalah segalanya, sementara sang bajik meski mungkin secara ekonomi ternyata tidak terlalu mengalami perubahan, namun ia akhirnya buah kebajikannya berbuah dengan memperoleh pasangan hidup yang meski sama sama berjuang dari bawah namun ternyata tetap bisa sukses secara ekonomi juga finansial. Nasib orang sungguh tak bisa ditebak. 



Sang narasumber kemudian menutup,'memilih pasangan hidup yang kaya secara materi itu memang wajar, namun mampu memperoleh pasangan yang kaya secara spiritual itu jauh lebih utama karena sehebat apapun keberlimpahan harta belum tentu mampu membeli kebahagiaan, namun menjadi orang baik selain bisa bahagia meski belum kaya, dan hidup yang baik biasanya juga akan mengundang kehidupan yang baik, juga sejahtera dan kemakmuran".






Sementara kisah kedua:

b. Salah satu sahabat 2007 lalu memutuskan untuk membatalkan pernikahannya, dua minggu sebelum perhelatan, padahal total DP yang telah diinvestasikan sudah mencapai nominal yang gak sedikit (apalagi untuk kondisi tahun itu) dan ditanggung 100 persen oleh pihak pria. Bila yang meninggalkan adalah yang gak keluar uang mungkin itu biasa, tapi yang membatalkan adalah pihak yang 100 persen keluar uang (dan uangnya sudah jelas sulit kembali), dengan jawaban,"lebih baik kehilangan uang segitu banyak daripada kehilangan kebahagiaan seumur hidup".



Persoalannya lebih ke arah "sulitnya rasa toleransi muncul" dari pihak calon pasangan dan juga keluarga calon pasangannya. Yang pada awalnya, hanya si calon pasangan yang kebetulan begitu nyaman dan tidak ada rasa sungkan untuk "menunjuk ini-itu" dengan fasilitas gesek dari sang pemuda dan ternyata berlanjut semakin intens kepada orang tua dan bahkan saudara kandungnya setelah resmi dilamar. Yang pada awalnya berusaha ditoleransi namun akhirnya sang pemuda merasa tak kuat menanggung beban, karena belum menikah saja sudah berani seperti itu bagaimana nanti bila sudah menikah nanti, itulah sebabnya ia memilih berhenti daripada "neraka" itu kelak akan berdampak kepada orang tua si pemuda sendiri. Pernikahan adalah perjuangan saling pengertian dan bukan satu sibuk menuntut sementara yang lainnya belajar untuk selalu mengerti.


Tentu saja dipaksa keadaan yang kebetulan berasal dari keputusannya sendiri juga, ia harus berjuang dari sangat bawah kembali (dan untungnya orang tuanya sangat support) meski putra tercinta harus memulai semuanya dari awal (dan bahkan terpaksa tinggal di kost dengan menumpang angkutan umum untuk akses kemana mana). 2013 lalu ia kemudian bertemu dengan "teman hati" yang baru, yang sama-sama mau berjuang dari bawah dan saling toleransi satu sama lain. Hingga akhirnya mereka bisa memperoleh rumah dan kendaraan pertamanya awal 2017 lalu (setelah 10 tahun berjuang sendiri dan 4 tahun berjuang berdua) dan 2018 ini mereka berdua berencana mengikat janji suci seumur hidup.



Ini bukan akhir, melainkan justru awal. Sebagaimana pesan sang pria,"gak ada mau calon pasangan terus diajak hidup susah, tapi wajib REALISTIS aja bahwa hidup beneran gak pasti. Cari calon pasangan yang bisa siap di segala kondisi juga cuaca, dan bukan yang tanpa sungkan ambil semuanya pas lagi banyak, sementara besok roda bisa aja posisinya berbeda karena ia terus berputar tanpa henti..."




Setelah menyimak kedua kisah inspiratif di atas, semoga bisa memahami bagaimana perbedaan REALISTIS dan MATREALISTIS.




3. KESUCIAN DI JAMAN NOW

Meski ini sudah dianggap jamak dan jadi biasa aja di jaman sekarang, namun percayalah, di luar nilai2x agama dan juga kesehatan, ada nilai psikologi yang melekati erat kondisi mengapa seharusnya kita baru "menyerahkan segalanya" saat sudah menguncarkan janji suci baik secara spiritual maupun hukum.


Baik pria maupun wanita sama saja kondisinya. Pria yang pernah melakukan sekali bahkan bila sampai rutin melakukannya, maka kecenderungan akan sulit terpuaskan dengan satu pasangan tetap, karena sudah merasakan nyamannya berbagi dengan banyak pihak. Demikian pula bagi pihak perempuan, selama itu bukan kasus kekerasan seksual, maka pasti akan menemui kendala lumayan.


Se-malaikat apapun sang pria, dalam alam bawah sadarnya mungkin akan ada kekecewaan (kesedihan) terpendam yang suatu waktu bisa saja meledak (dan bahkan tak mungkin bisa juga menyebabkan perpisahan).


Bahkan meski hanya sama sama sekali melakukan dengan pasangan yang sama-sama dinikahi, tetap akan ada prasangka tertentu secara bawah sadar yang bisa memicu possesif karena dulu "ternyata begitu mudah melakukan bahkan sebelum ke altar suci".


Intinya, gak perlu bicara agama dulu, juga kesehatan serta hukum, secara psikologis saja sudah sangat2x berpengaruh, maka pastikan segel baru beneran terbuka setelah sah di mata TUHAN, di mata orang tua dan juga hukum. Karena pernikahan sendri saja sudah memiliki masalahnya sendiri, jangan ditambah kerikil2x yang gak perlu.



Yang sudah terlanjur terjadi, ada baiknya berhenti, karena sebagaimana tanaman ditabur, maka itu yang kelak akan dituai. Jangan sampai kita gak sakit, tapi kita malah merasakan kesakitan itu justru berasal dari buah hati kita.





4. MENEMUKAN CINTA SEJATI MEMANG TIDAK MUDAH, TAPI BAGAIMANAPUN USAHAKAN ORANG TUA TETAP YANG UTAMA


Orang tua memang gak selamanya benar. Bahkan banyak pernikahan berakhir penuh air mata baik karena pilihan orang tua yang menganggap diri paling tahu tentang kebahagiaan anaknya, sampai tipe orang tua yang terlalu intervensi kepada keluarga buah hatinya karena merasa mereka sudah punya pengalaman dan jam terbang sebelumnya.



Buat yang mau ngalamin (dipaksa kawin dengan calon pasangan versi ortu) atau yang sedang ngalamin (rumah tangga sedang sibuk dijajah oleh dongeng bahagia versi orang tua), saya gak bisa kasih opsi macem-macem, selain sebuah ilustrasi kisah nyata dari salah satu sahabat.



Menjadi seorang putri tunggal yang menjadi pusat kesayangan gak selamanya mudah. Bahkan untuk memilih pasangan hidup pun sudah di-set dengan versi kebahagiaan kedua orang tuanya  (bahkan dipaksa berpisah dengan kekasihnya dahulu), hingga akhirnya berujung perpisahan, setelah ternyata sang mantan menantu ternyata tidak lebih dari  petinju kelas istri yang jadi sansak latihannya. saat tahu apa yang terjadi, kedua ortunya merasa malu dan menyesal dan meminta maaf serta menyerahkan sepenuhnya pilihan berikutnya bila sampai putri mereka kebetulan gak kapok untuk menikah lagi. Well beberapa tahun kemudian, bakti tulusnya berbuah dengan memperoleh pasangan yang baik. 



Tidak banyak orang seperti dirinya (bahkan termasuk saya sendiri yang belum tentu mampu melakukannya sebaik dirinya) yang memilih untuk menyakiti dirinya sendiri daripada harus menyakiti hati kedua orang tuanya, karena prinsip sederhananya bahwa bahagia orang tua adalah menjadi bahagianya juga, selama itu bukan tindakan yang melanggar hukum apalagi melanggar agama, maka ia pasti akan berusaha memenuhinya, karena baginya kebajikan apalagi berbakti takkan pernah sia-sia dan pasti akan berbuah hanya pada penanamnya dan juga selalu indah pada waktunya".




Memberikan pencerahan kepada orang tua tidak harus dengan kekerasan, revolusi apalagi pemberontakan kan, hahahahhahaha...... Bagaimana pun kita bisa terlahir di tengah2x mereka, murni adalah buah jodoh tanaman kita sendiri dengan mereka, maka carilah solusi terbaik untuk menunjukkan jalan cahaya kepada mereka (saat kita bertemu dengan ketidak-sempurnaan mereka) dengan semangat bakti dan cinta kasih dan bukannya dengan menambah api ke dalam api yang sudah menyala sebelumnya, yang ujungnya kebakaran (karma buruk kita jadi berlipat ganda) dan bukan bertemu cahaya pencerahan dan kesadaran serta kebajikan.




Dan bila perlu, tetap berbaktilah dan jaga mereka dengan maksimal meski kelak sudah punya keluarga sendiri sekalipun (bahkan sesulit apapun kondisinya termasuk meski kelak mereka mungkin bisa saja menolak dengan alasan mulai dari gak mau merepotkan sampai gak mau ribut sama menantu, hahahhahaah) karena selain kemunduran fisik mereka karena faktor usia juga sekaligus menjadi contoh nyata (yang sudah jelas jauh lebih berharga dan bermanfaat bila dibandingkan ribuan bahkan jutaan nasehat) bagi buah hati kita sendiri tentang makna berbakti dan sekaligus kesempatan paling indah menanam berkah baik terbesar dalam kehidupan kepada kedua wakil Tuhan dan kedua Buddha di rumah kita.





5. LEBIH PENTING KEYAKINAN ATAU KELAKUAN???

Setiap orang punya pandangan masing2x soal ini. Saat kita jatuh cinta, melihat praktek nyata hidupnya atau sekedar labelnya. Memang ini akan sulit, termasuk kita yang gak mau dipaksa ikut keyakinan si dia, sementara kita sendiri kadang malah gantian maksa si dia untuk ikut keyakinan kita, ya sami mawon alias sama egoisnya, hohoho....:p



Saya kembalikan ini kepada sidang pembaca, karena dalam praktek nyatanya gak semudah itu pelaksanaanya. Butuh jiwa2x besar yang sudah mampu melihat secara spiritual dan bukan lagi sekedar religius, karena kadang pasangan sudah spiritual namun ortu dan keluarga besar masih level religius, atau bahkan sebaliknya, gantian ortu yang spiritual, anaknya malah masih level religius.


Kalo udah ketemu kasus gini, tinggal kuat mana aja, si EGO atau KARMA JODOHNYA, hahhahahahahah,,,,:D



6. LEBIH PENTING MANA, TITIK HITAM ATAU LEMBARAN KERTAS PUTIHNYA???

Jujur, banyak sekali kejadian kita kehilangan begitu banyak calon pasangan yang baik atau bahkan pasangan berhati malaikat hanya karena ego kita yang sibuk melihat titik hitam (kelemahannnya) daripada berjuta kebaikannnya (selembar kertas putih). Hanya karena dia masih lemah ekonomi padahal pekerja keras dan juga setia pada kebajikan, juga pada seorang smoker atau non vege dan banyak contoh lainnya, padahal jiwa mereka sesungguhnya malaikat. Takkan pernah ada pasangan yang sempurna, termasuk diri kita sendiri di dalamnya kan. Jadi mengapa kita gak mencoba untuk mulai belajar melihat selembar kertas putih (berjuta kebaikannya) dibandingkan hanya sibuk melihat titik hitam (kelemahannya), sementara kita lupa bercermin bahwa kita sesungguhnya sama gak semprunanya dengan mereka.




7. PENUTUP

Demikian curcol panjang dan lebar ini akhirnya menemui ujungnya jua. Semoga meski sederhana dan sangat personal banget opininya, semoga tetep ada manfaat yang diperoleh dan semoga kita semua selalu berbahagia dalam kisah cinta kita masing2x. Takkan pernah ada cinta yang sempurna apalagi pasangan yang sempurna apalagi ortu dan mertua serta keluarga yang sempurna, dan itulah yang akhirnya mengindahkan CINTA, karena ia akhirnya bersinar indah karena masing2x pribadi yang tidak akan pernah sempurna itu saling berjuang untuk mengalahkan egonya masing2x dan bukan ego pasangannya untuk melengkapi kekurangan kita masing2x. Sebab pada akhirnya, kesempurnaan cinta apalagi pasangan hanyalah sebuah fatamorgana, sementara realitasnya adalah perjuangan seumur hidup untuk saling mengalahkan diri sendiri masing2x, karena cinta adalah sebuah teamwork dimana tepukan takkan pernah berbunyi apabila hanya dilakukan oleh sebelah tangan.




Salam kasih penuh cinta untuk anda semua
Semoga selalu berbahagia


Wedyanto Hanggoro, CHt., CPS
(Professional Public Speaker & Konseling)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

♥ CANTIK YG SESUNGGUHNYA (sbuah share yg inspiratif dr BB seorang sahabat)

Suatu pagi seorang gadis berkata pada Ibunya, : "Ibu, ibu selalu terlihat cantik. Aku ingin sepertimu. Beritahulah aku caranya..." Dengan tatapan lembut & senyum haru, sang Ibu menjawab, : "Untuk Bibir yang menarik, ucapkanlah perkataan yang baik... " "Untuk pipi yang lesung, tebarkanlah senyum ikhlas kepada siapapun... " "Untuk mata yang indah menawan, lihatlah selalu kebaikan orang lain..." "Untuk tubuh yang langsing, sisihkanlah makanan untuk fakir miskin..." "Untuk jemari tangan yang lentik menawan, hitunglah kebajikan yang telah diperbuat..." "Untuk wajah putih bercahaya, bersihkanlah kekotoran bathin ... Anakku...Kecantikan fisik akan pudar oleh waktu. Kecantikan prilaku tidak akan pudar walau oleh kematian... Selamat berjuang menyemai & menanam bibit 2x kebajikan... Ingat ! Kesempάtάn tidάk membuάt hidup kitά lebih bάik, Tάpi Perubάhάn diri kitά mengubάh segάlάnyά..

SEANDAINYA ESOK TAK PERNAH DATANG (By Norma Cornett Marek)

‎​ Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu terlelap tidur….. Aku akan menyelimutimu dengan lebih rapat, dan berdoa kepada Tuhan agar menjaga jiwamu...... Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu melangkah keluar pintu... Aku akan memelukmu erat dan mencium mu, dan memanggilmu kembali untuk melakukannya sekali lagi........ Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kudengar suaramu memuji....... Aku akan merekam setiap kata dan tindakan, dan memutarnya lagi sepanjang sisa hariku.......... Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya, aku akan meluangkan waktu extra satu atau dua menit........untuk berhenti dan mengatakan ”Aku mencintai mu” , dan bukannya menganggap kau sudah tahu..................... JADI.....untuk berjaga jaga seandainya esok tak pernah datang, dan hari inilah yang kupunya......... Aku ingin mengatakan betapa aku sangat mencintaimu, dan kuharap KITA takkan pernah lupa........Esok tak dijanjikan kepada siapap

Apa itu CINTA??? (By : Michael Valentino)

Apakah telapak tanganmu berkeringat, jantungmu berdetak cepat, dan suaramu tercekat saat berada di dekatnya? * Itu bukan Cinta, itu Suka. Apakah kamu tak bisa melepaskan pandangan atau genggaman dari dirinya? * Itu bukan Cinta, itu Nafsu. Apakah kamu menginginkan dia saat dia sedang tidak ada? * Itu bukan Cinta, itu Kesepian. Apakah kamu ada di sana karena itulah yang diinginkannya? * Itu bukan Cinta, itu Kesetiaan. Apakah kamu menerima pengakuan cintanya karena kamu tak ingin menyakitinya? * Itu bukan Cinta, itu Kasihan. Apakah kamu ada di sana karena dia memelukmu atau menggenggam tanganmu? * Itu bukan Cinta, itu Ketergantungan. Apakah kamu ingin memilikinya karena tatapan matanya membuat hatimu berdegup kencang? * Itu bukan Cinta, itu Tergila-gila. Apakah kamu memaafkan kesalahannya karena kamu peduli padanya? * Itu bukan Cinta, itu Persahabatan. Apakah kamu mengatakan padanya setiap hari bahwa dialah satu-satunya orang yang kamu pikirkan? * Itu bukan Cinta,