Saya tidak berani menjanjikan apapun tentang film ini. Karena sebagaimana saya yang penggemar non Drama (fanz berat dari Martial Arts film juga Thriller dan Horror) juga "mengosongkan gelas" dahulu untuk menonton film yang akhirnya menurut saya seindah "Miracle in Cell No. 7", heheheh.....
Sudah pasti ada pro-kontra, terlebih dengan muatan spiritual yang begitu kental dari film ini yang tidak terkait dengan label religius apapun dan juga manapun. Berawal dari kematian seorang pemadam kebakaran saat tugas menyelamatkan nyawa seorang anak dalam sebuah tragedi. Dan melalui komitmen dan ketulusannya di setiap peristiwa dengan selalu bersedia mengutamakan nyawa dari semua korban yang ditolongnya daripada nyawanya sendiri, maka ia sesampainya di gerbang "Afterlife" ia memperoleh status istimewa sebagai "arwah mulia". Namun meski memperoleh hak istimewa, ia tetap saja harus menghadapi 7 pengadilan di 7 neraka (pengadilan pembunuhan, kemalasan, ketidakjujuran, ketidakadilan, pengkhianatan, kekerasan dan ketidaksalehan) maksimal 49 hari, untuk bisa bereinkarnasi atau tidak, dengan didampingi 3 "pengacara" yaitu para malaikat (Gods).
Harusnya berjalan sangat mudah bagi arwah mulia seperti dirinya bila dibandingkan arwah biasa (ibarat tamu akhirat versi VVIP versus tamu reguler), namun ternyata perjalanan sungguh tidak mudah. Sang pemadam kebakaran yang pengen banget bisa reinkarnasi karena minimal dia ingin bertemu terakhir kalinya dengan ibunya yang tuna wicara lewat mimpi (salah satu fasilitas yang diberikan akhirat kepada sang arwah mulia sebelum reinkarnasi), sementara para malaikat yang menjadi "pengacaranya" selama proses sidang di 7 pengadilan juga punya kepentingan yaitu harus membantu proses reinkarnasi minimal 49 arwah mulia, juga berjuang keras "bagi mereka sendiri"
Meski durasi film ini tergolong cukup panjang (139 menit) namun dengan harmoni yang pas antara tensi yang thrilling berikut sisi drama yang mampu getarkan nurani, jleb-jleb-jleb, bukan hanya membuat saya duduk maniez tanpa waktu terasa juga sukses mengoyak jiwa saya hingga mampu alirkan air mata haru juga bahagia. Saya takkan berspoiler ria karena pasti akan mengganggu kenyamanan anda menonton nanti. Namun ijinkan saya membagikan sedikit apa yang saya rasakan dari film ini:
1. jangan pernah sia-siakan waktu kita, karena mati bisa kapan saja dan gak harus nunggu tua. Belajar juga untuk rendah hati, karena kita takkan pernah bisa bawa apapun kecuali semua "tanaman" kita sendiri, baik yang mulia maupun yang zalim.
2. Belajar untuk tidak menghakimi siapapun, karena sang mulia sudah jelas pernah punya "masa lalu" sementara yang sang lalim masih punya "masa depan".
3. Berlatih untuk sangat berhati-hati dalam setiap pilihan dan keputusan, karena dampaknya ternyata bisa memberikan impact bukan hanya bagi diri sendiri namun juga bagi banyak orang juga lingkungan, bahkan pada masa-masa selanjutnya, karena sifat kehidupan yang saling berhubungan juga berkelanjutan.
4. kebencian takkan pernah berakhir bila dibalas dengan kebencian, sebagaimana api takkan pernah padam bila disiram dengan api lagi, hanya mata air cinta kasih dan pemaafan yang tulus yang mampu memadamkan segalanya.
5. Berlatih untuk mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi hingga tahapan bahagia setiap orang adalah menjadi bahagia juga adalah niscaya sebuah keluhuran juga kebijaksanaan, karena hal yang paling sulit ditaklukkan adalah (ego) diri sendiri.
6. Well, paling utama tentu saja adalah kemuliaan orang tua. Seburuk apapun kondisi/karakter orang tua kita misalnya, kita sampai berjodoh lahir melalui mereka niscaya adalah murni buah tanaman kita sendiri. jangan pernah karena alasan bahwa mereka memperlakukan kita dengan buruk lalu kita tidak mau merawatnya apalagi berbakti kepada mereka. Memperoleh orang tua baik itu berkah, sementara memperoleh orang tua buruk itu kesempatan. Sebuah kesempatan paling berharga untuk menanam bakti termulia karena menunjukkan jalan kebenaran bagi mereka, karena jangan sampai mampu "menyalakan banyak cahaya di luar sana, namun rumah dan orang tua sendiri malah justru tinggal di dalam kegelapan". Buruk saja kita better berbakti apalagi kalo sampai udah dapet orang tua baik juga mulia.
Demikian inspirasi yang saya peroleh dari tontonan yang lebih dari berkualitas ini, berikut dilengkapi barisan maestro akting dari negeri Ginseng, bahkan termasuk cameonya sekalipun, juga efek CGI yang cukup berkesan dan iringan scoring musik yang juga indah. Maka bagi saya pribadi, film ini bukan hanya pantas memperoleh jumlah penonton terlaris sementara untuk admisi film Korea di awal tahun 2018, namun juga begitu menginspirasi hati dan juga jiwa saya. Selamat menonton, semoga bermanfaat, semoga berbahagia _/\_
Komentar
Posting Komentar