Langsung ke konten utama

Jadi untuk apa (sesungguhnya) kita MENIKAH pada akhirnya :D

Mau jaman old atau now, masalah klasik perpisahan (dan penghianatan) lebih kepada ketidak mampuan kita dalam menjaga DIRI (masing2x).



Karena mau semegah apapun hidup kita, mau serupawan apapun sebuah pasangan pada akhirnya terjun bebas karena tidak bisa membahagiakan diri sendiri terlebih dahulu, hingga akhirnya juga gak mampu membahagiakan orang lain, karena gelas kosong sudah jelas gak bakal pernah bisa mengisi gelas lainnya kan.



Sebab pada akhirnya, selain manusia gak pernah sempurna, maka mustahil pula mengharapkan adanya keluarga sempurna. Pasangannya baik seperti malaikat, bisa saja keluarga besarnya berperilaku sebaliknya atau gantian keluarga besarnya begitu nyaris sempurna eh giliran pasangan kita yang aaaaaaargh... Atau bahkan, semuanya OK, eh dapet anak yg huaaaaaaaah.....:p



Jadi pada akhirnya tiang utama kebahagiaan hidup berkeluarga itu apa???? Karena mau modalnya sebanyak apapun, bahkan mungkin seekstra apapun kerupawanan pasangannya, pada akhirnya bisa saja berpisah juga atau tidak mampu setia, karena lagi2x ternyata, kunci nya di hanya ada dalam diri masing2x.



Suka tidak suka, kita harus menghadapi kenyataan bahwa hidup sungguh2x gak bakal pernah pasti. Roda berputar, sakit bisa kapan aja, kecelakaan hingga terpaksa hidup terbatas, bahkan yg terburuk ditinggal pasangan krn direnggut maut usia dini.



Itu sebabnya, sangat bersimpati sekali dgn bbrp kasus dimana mengambil jalan pintas mengakhiri hidupnya hanya karena asmara, namun lupa menjaga orang tuanya yg punya cinta tanpa batas. Berikut ada beberapa kisah pilu, dimana hanya karena ditinggal kekasih menikah dgn orang lain, kemudian hidupnya berhenti meski tetap bernafas, dan akhirnya membuat orang tuanya sulit bahkan meninggal dalam kesedihan karena buah hatinya tak mampu move on (apalagi berbakti kepada mereka).



Seriusnya adalah, gak Ada yg bakal pernah yg namanya pernikahan ideal. Setiap rumah tangga punya kisahnya masing2x. Dan itulah sebabnya resepnya gak bakal pernah bisa dipakai mentah2x oleh pasangan lainnya, karena cocok buat mereka namun belum tentu cocok buat kita, sebab mereka bukan kita sementara kita bukan mereka juga kan.



Demikian pula yg terlihat langgeng nampak luar, namun bisa saja belum tentu bahagia yang tak kelihatan di dalamnya, karena bisa saja, bertahan demi citra.



Lalu pada akhirnya, yg bisa beneran sampai hanya maut memisahkan plus juga bahagia beneran itu jadinya seperti apa???



Sudah jelas bukan materi maupun muka, karena bila memang itu fondasi utama, maka tak mungkin banyak pasangan high profile yg justru disaster, sementara banyak yg tight budget kadang malah extra Happiness. Demikian pula soal fisik, karena begitu banyak peristiwa yg terjadi yg ternyata mengharuskan pasangannya justru kondisinya jauh lebih rupawan (bahkan lebih baik dalam segala hal) bisa kalah sama "deposito ekstra" yang kurang bahkan sangat tidak baik (fisik maupun hatinya). Seriusan, bila ATM berjalan yg tanpa batas bisa jadi salah satu tiang utama keamanan sebuah keluarga, maka kita pasti kecewa, saat maut tiba2x datang tanpa diminta, dan mengharuskan kita merawat sang ATM yg terpaksa harus tak berdaya tapi sekaligus panjang usia, maka kelar pula cinta dan juga hidup kita.




Lalu pada akhirnya, buat apa kita akhirnya memutuskan menikah, bila ternyata di lapangan lebih banyak "sisi horrornya" daripada sisi surganya (karena yg mampu baik sampai akhir pun, pada faktanya, ternyata tetap BERJUANG EKSTRA2X KERAS, karena seperti telah diuraikan di atas, manusia gak ada yang sempurna plus kondisi hidup gak pernah pasti).




Menikahlah untuk pernikahan itu sendiri. Tanpa embel2x banyak2, karena seharusnya cinta tanpa syarat. Bahkan jangan sampai terlalu berharap juga dengan kondisi spiritual sekalipun, karena selain kebaikan manusia sama sekali gak pernah bisa digaransi bakalan pasti berbanding lurus dgn keyakinan yg kebetulan dipilihnya, juga perubahan keyakinan yg bisa saja terjadi ditengah perjalanan pernikahan, juga sangat bisa lumayan mempengaruhi bila itu kebetulan dianggap sebagai syarat utama. Demikian pula pernikahan bukanlah transaksi bisnis yg kalo udah gak ada modal atau dividen lagi kemudian bisa berpisah baik2x (atau gak baik2x, hehehehheh).



Dengan fokus hanya kepada hakekat pernikahan itu sendiri, berikut upaya utk berlatih cinta tanpa syarat, maka mau Sebadai apapun cobaan (karena mau seteguh apapun kita menjaga diri, yang namanya masalah bahkan godaan dari lawan jenis gak bakal terelakkan, karena kita hidup di tengah masyarakat dengan ragam karakter). Dengan berkenan menikah untuk menikah itu sendiri, bahkan maut tak terduga yg hadir, tetap bisa saling menjaga satu sama lain, karena kesadaran sederhana bahwa kita dulu mengikat janji suci satu sama lain karena cinta semata, dan bukan karena ada syarat2x tertentu, yg ketika syarat itu tak terpenuhi, maka perjanjian pun juga ikut berakhir.



Menikah untuk menikah itu sendiri juga membuat kita memahami sebuah hukum sederhana bahwa "bila kita tak ingin diperlakukan seperti itu, maka jangan pernah melakukan hal yang sama kepada orang lain". Bila tak ingin mendengar kata kasar, maka diri menjaga ucapan dulu. Bila tak ingin dipukul, jangan pernah memukul duluan. Bila sudah memahami bahwa cemburu itu menderita baik di kita maupun bikin partner kita juga jd gak nyaman, maka mulailah memberi ruang dan kepercayaan. Dan masih banyak hal lain.



Sederhananya adalah, yang buat pernikahan itu jadi banyak horrornya meski mampu bertahan, dan yg lainnya akhirnya pecah dan tenggelam melulu, karena terlalu banyaknya SYARAT yang mengikuti. Kesediaan belajar dan berlatih, mengasihi tanpa syarat, membuat relasi lebih rileks.



Jadi, apa sesungguhnya tujuan utama dari keputusan untuk akhirnya menikah????



Kurangi (bahkan bila mampu, hilangkan) syarat dan belajar melepas AKU, maka sekeras apapun nanti ombak dan karang menghadang, damai tetap bisa bertemu. Karena pada akhirnya, kita takkan pernah bisa mengendalikan semua hal yang ada DI LUAR DIRI KITA, namun setidaknya kita masih mampu mengendalikan APA YANG ADA DI DALAM SINI. Banyak syarat dan sulit melepas, maka takkan pernah bisa bahagia juga puas, meski partner semulia apapun, sementara kurangi (bahkan mampu tanpa) syarat berikut kemampuan melepas, well, mau sehorror apapun kondisi partner kita (misalnya sakit berat bahkan operasi seumur hidup sekalipun) tetap bisa damai juga bahagia, karena memilih utk menjalani hidup pernikahan karena untuk pernikahan itu sendiri, dan bukan ada embel2x apapun.



Selamat menuliskan
Kisah cinta kita masing2x
Semoga selalu berbahagia


Wedyanto Hanggoro
(Professional Public Speaking & Konseling)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indahnya Cinta Sejati (share inspiratif dr BB seorang sahabat)

Xiao Cien namanya. Tampangnya biasa saja, tp penuh pengertian & kelembutan. Di tahun kelulusan kami, ia berkata, "Saya dpt beasiswa ke Amerika, dan tak tahu berapa lama di sana. Kita bertunangan dulu, ya?" Sehari sesudah wisuda, kami bertunangan. Xiao Cien brgkt ke Amrik dan saya mendpt pekerjaan bagus. Kami berhubungan dan melepas kerinduan dgn bertelepon. Suatu hari menuju tempat kerja, saya tertabrak. Tidak tahu lewat berapa lama saya pingsan. Saat siuman, yg terlihat adalah raut wajah sedih dari setiap orang. Sebenarnya apa yang terjadi. Mengapa saya tdk dpt bersuara? Ayah berkata, "Dokter bilang syaraf kamu terluka. Sementara tdk dpt bersuara, lewat beberapa waktu akan membaik." "Saya tidak mau!" saya berusaha memukul ranjang, membuka mulut lebar-lebar berteriak, tapi gak ada suara yg keluar. Setelah itu, kehidupanku berubah. Suara telepon yg didambakan menjadi suara yg sangat menakutkan. Saya tidak lagi keluar rumah, lalu mengucilk...

Cinta yang Tak Pernah Padam (dari Chicken Soup for The Couple Soul)

Ketika aku berjalan kaki pulang ke rumah di suatu hari yang dingin, kakiku tersandung sebuah dompet yang tampaknya terjatuh tanpa sepengetahuan pemiliknya. Aku memungut dan melihat isi dompet itu kalau-kalau aku bisa menghubungi pemiliknya. Tapi, dompet itu hanya berisi uang sejumlah tiga Dollar dan selembar surat kusut yang sepertinya sudah bertahun-tahun tersimpan di dalamnya. Satu-satunya yang tertera pada amplop surat itu adalah alamat si pengirim. Aku membuka isinya sambil berharap bisa menemukan petunjuk. Lalu aku baca tahun “1924″. Ternyata surat itu ditulis lebih dari 60 tahun yang lalu. Surat itu ditulis dengan tulisan tangan yang anggun di atas kertas biru lembut yang berhiaskan bunga-bunga kecil di sudut kirinya. Tertulis di sana, “Sayangku Michael”, yang menunjukkan kepada siapa surat itu ditulis yang ternyata bernama Michael. Penulis surat itu menyatakan bahwa ia tidak bisa bertemu dengannya lagi karena ibu telah melarangnya. Tapi, meski begitu ia masih tetap mencintainy...

The Empty Box (Kotak Kosong)

Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu, saat seorang ayah sedang menghukum putri kecilnya yg berusia 5 tahun karena ia menghabiskan satu gulung kertas pembungkus kado berwarna emas yg sangat mahal harganya. Keuangan mereka sangat ketat saat itu dan sang ayah semakin marah saat putri kecilnya itu malah memakai semua kertas pembungkus yang mahal itu hanya sebagai penghias dari sebuah kotak yang ia letakkan di bawah pohon natal mereka. Namun tanpa pernah ia sangka, keesokan paginya, putri kecilnya itu malah memberikan kotak yang telah membuatnya marah itu kepadanya, sambil berkata, ” Ini untukmu, Papa...” Sang ayah merasa sangat malu dengan reaksi yang dilakukannya kepada putrinya sehari sebelumnya, karena ternyata kotak itu dibuat putrinya untuk dirinya. Tapi kemarahannya kemudian meluap kembali, saat ia menemukan bahwa kotak itu ternyata KOSONG… Ia kemudian berkata kepada putrinya dengan nada yang sangat keras, “Kamu tahu, gadis kecil, saat...