adalah sangat wajar juga alamiah bila kita menginginkan KEBAIKAN
dalam membentuk keluarga, yang bila perlu cukup satu kali dalam seumur hidup.
Namun tak sedikit pun yang terlihat sudah memiliki "SEGALANYA" tapi
tetap saja harus berujung perpisahan. Lalu apa yang membuat BERTAHAN bahkan
MENGINSPIRASI???
Hidup sungguh tak pasti. Ada yang berjuang bersama dari kondisi
sangat bawah hingga mencapai tahapan sukses yang bahkan di atas rata-rata, berikut
sama sama rupawan, namun ternyata akhirnya tetap juga bisa "pindah ke lain
hati" bahkan hingga kategori "mencederai nilai spiritual
pernikahan".
Dengan tidak bermaksud menghakimi, betapa banyak kisah relasi yang
terjadi karena alasan ketidak-berdayaan menghadapi realitas, kemudian mencari
kemudahan dengan alasan berbakti dan membantu kehidupan saudara dan keluarga
bersedia menjadi "pasangan tersembunyi" dari seseorang yang sudah
memiiki keluarga. Apakah kemudian bahagia?
Rata-rata menyampaikan alasan bahwa "selama orang tua bahagia
dan keluarga mereka terbantu, segala kesulitan yang muncul (sulitnya status
hukum bagi buah hati yang hadir berikut ketidak-nyamanan saat interaksi di
publik karena pasangan tak pernah hadir mendampingi dan juga kenyataan
sederhana bahwa ia sendiri pun belum tentu bersedia saat dirinya berada di
posisi "pasangan asli yang harus berbagi tanpa tahu bila sedang
dibagi") dianggap setimpal dengan "pengorbanan yang mereka lakukan. berikut fakta unik bahwa terkadang pasangan yang "legal dan original"
seringkali sebenarnya sudah baik dan "nyaris memiliki segalanya"
sementara yang menjadi idola lain kadang kondisinya justru malah "tak
terduga".
Setelah melihat semua kenyataan di atas, semoga kita merenungkan
bahwa meski mungkin sudah nyaris 100 persen bagai memiliki segalanya, sama
sekali tidak menjamin keabadian kisah cinta apalagi kebahagiaan. Maka bercermin
dari mereka yang sudah melalui dengan relatif sukses bahkan hingga
menginspirasi adalah KOMITMEN, TOLERANSI & SPIRITUAL.
KOMITMEN
Komitmen dengan kesadaran bahwa semuanya berubah membuat kita
pasti bersedia menjaga kekuatan janji suci di awal pernikahan. Bukan salah
godaan juga bukan soal masalah yang sudah pasti muncul di pernikahan, melainkan
kesadaran kecil bahwa TAK ADA SATU PUN YANG SEMPURNA DALAM HIDUP INI (termasuk diri kita sendiiri di dalamnya tentunya).
Mau JADI SAMA SIAPAPUN pasti punya masalahnya masing-masing plus belum bebas
dari sakit, tua dan mati. Maka JAGALAH DENGAN BAIK YANG SUDAH BERSATU
DAN MENJADI PILIHAN KITA SENDIRI itu.
TOLERANSI
Toleransi dengan kesadaran kecil bahwa saat memilih dan memutuskan
untuk bersatu menjadi sebuah keluarga maka bukan lagi AKU atau ENGKAU melainkan KITA.
Dalam sebuah tim, bila ingin sukses mencapai tujuan bersama adalah meluruhkan
ego. Tidak lagi menunjuk siapa kerja apa. Bisa dikerjakan kita bantu tanpa lagi
memperhitungkan ini seharusnya kerjaan siapa, yang penting tujuan bersama
adalah yang utama harus bisa dicapai, sementara hasil akhirnya nanti bukan lagi
jasa pihak tertentu melainkan kerja bersama dan juga kebahagiaan bersama.
Relasi yang masih PERHITUNGAN siapa yang kerja apa berikut
hasil akhir adalah jasa pihak tertentu, tidak usah menunggu gangguan pihak
luar, sudah pasti akan hancur sendiri, tinggal menunggu waktu cepat atau
lambat, kecuali kemudian akhirnya menyadari bahwa ini kerja bersama
dengan semangat toleransi, di mana bukan lagi AKU atau ENGKAU melainkan KITA.
SPIRITUAL
Terakhir sudah barang tentu adalah bingkai spiritual. Spiritual
tentu saja berbeda dengan religiusitas. Karena banyak contoh nyata di lapangan
yang satu jalan religius gak menjamin abadi, sementara yang kebetulan
pilihannya berbeda kemudian sudah pasti karam. Demikian pula yang pengetahuan
dan pemahaman religius yang begitu luas dan dalam juga ternyata faktanya gak
bisa menjamin bahwa mampu menjaga kehidupan keluarganya lalu kemudian damai
juga bahagia apalagi abadi. Sementara spiritualitas sudah melampaui itu semua.
Karena spiritualitas tak lagi memperhatikan "label dan atau
identitas", juga pemahaman religiusitas secara teori melainkan bagaimana
gerak batin dan bagaimana cara menjalani hidup yang sesuai dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam religiusitas itu sendiri itulah yang utama.
Intinya, menjadi spiritual itu bagai kita melihat sebuah cerminan
kitab suci yang sudah mampu terefleksikan dalam laku hidup sehari-sehari
seseorang dan bukan lagi sebatas ucapan karena hafal isi kitab suci namun belum
tentu selaras dengan laku hidupnya, karena kenyataan berkata bahwa memang "selalu
lebih mudah mengucapkan daripada melakukan, sementara praktek nyata sesederhana
apapun selalu jauh lebih berharga daripada ribuan bahkan jutaan nasehat".
Pasangan yang masih berkutat pada aspek religiusitas belum tentu
menjamin keabadian apalagi kebahagiaan cinta karena terkadang masih sibuk
melekat pada teks ketimbang mencoba menggali jiwa dari apa yang terurai dalam
teks yang lebih memerlukan kebijaksanaan dibandingkan kecerdasan dalam
memahaminya. Seperti pesan bijak bahwa, "yang cerdas belum tentu
bijaksana, sementara yang bijaksana biasanya harus cerdas terlebih
dahulu". Selain kebijaksanaan muncul, juga kekuatan spiritual
akan menjadi benteng terakhir saat godaan, ujian maupun masalah kehidupan
muncul menggoncang keutuhan sebuah rumah tangga.
PENUTUP
Pada akhirnya memiliki nyaris segalanya (kelimpahan wajah pasangan yang kebetulan rupawan,
materi bahkan kebaikan sekalipun) ternyata tak pernah menjamin sebuah kisah
cinta akan abadi apalagi bahagia, bila tidak ditunjang 3 Pilar yang sudah
teruraikan di atas yang dirangkum berdasarkan inspirasi nyata dari mereka yang sudah membuktikan bahwa hanya maut yang mampu memisahkan mereka. Karena kembali lagi
bahwa sifat kehidupan yang tak pernah pasti juga fana (sementara) berikut juga
takkan pernah bisa sempurna, membuat kita wajib merenungkan apa yang akhirnya
menjadi jiwa yang sesungguhnya dari kesediaan kita akhirnya memutuskan
membentuk sebuah relasi juga keluarga. Semoga bermanfaat, semoga berbahagia.
Jatuh cinta itu alamiah
Sementara untuk setia itu pilihan
dan mau menjaga hingga akhir itu adalah sebuah keputusan
Wedy _/\_
Komentar
Posting Komentar