UNCONDITIONAL LOVE, itu adalah pedoman untuk CINTA yang baik sekaligus juga bahagia. Namun sayangnya, dalam kenyataan di lapangan, gak bisa seideal itu. Berikut daftar "kerealistisan" kita:
1. Gak MUNA kalo bisa cakep lah (minimal untuk perbaikan keturunan)
Sayangnya SYARAT satu ini sama sekali gak jamin untuk "gak berhenti mencari" sih. Karena nyatanya ya tetep ada kejadian ketidak-mampuan untuk menjaga kesetiaan, meski pasangan sudah serupawan apapun. atau bahkan "rumput tetangga (terlihat dan terasa) lebih hijau" karena faktor PERUBAHAN (entah karena memang secara alamiah akibat faktor usia maupun akibat efek dari sakit tubuh jasmani).
Well, ternyata semaha ganteng/cantik apapun pada akhirnya gak pernah menjamin kemudian happily ever after, bahkan meski saat masih level unyu-unyu sekalipun belum tentu "kuai-kuai" mengarungi bahtera cinta, hihihi....
2. Wajib REALISTIS lah,"Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya perlu uang"
Hmmmm, yakin???
Ada banyak peristiwa yang wajib direnungkan betapa banyak figur publik maupun non publik yang meski sedang dalam puncak kehidupan malah memilih untuk mengakhiri kehidupannya.
Begitu pula di sisi yang lain, punya pasangan lebih dari berkelimpahan tapi ternyata masih (banyak yang akhirnya) mencari kebahagiaan dengan pihak lain dengan uang pasangannya.
Juga banyak kejadian, saat roda (terpaksa) berputar ke bawah, kemudian untuk sepakat memilih berpisah (mulai dari yang BAIK-BAIK sampai yang "Perang Dunia 3"). Bila yang "runtuh" seiring habisnya "ATM berjalan" maih terasa "wajar dan alamiah" karena REALISTIS (segalanya perlu uang kan? hehehe....:p), namun bagaimana dengan yang berpisah saat di puncak kelimpahan; atau yang berbagi "berkat" dengan rumput tetangga atau yang paling tragis saat memilih berpisah kehidupan meski sedang "tangki penuh"???
Jadiiiiiii, metode ini lagi-lagi juga gak menjamin dongeng cinta lalu lancar jaya happy ending bahkan untuk sampai level "hanya (isi) kantong yang memisahkan" juga gak mampu menggaransi, hahahhahahaha.....:p
3. Yang sudah SAMA aja gak jamin bahagia juga abadi hingga hanya maut memisahkan, apalagi kalo sampai BEDA. Maka better wajib 100 persen SAMA untuk minimalkan resiko
YAKIN????
karena kenyataan di lapangan, yg "pecah" meski sudah SAMA dengan yang "long last 'til the end of time" meski (kebetulan) BERBEDA, Belum lagi bila kita sampai berbicara di beberapa negara di dunia yang menggunakan prinsip sekuler. Lalu apa yang sesungguhnya "MENYATUKAN" (meski sampai gak ada pegangan religius sekalipun).
Ternyata kunci "keabadian kisah cinta" mereka yang kebetulan tidak memiliki fondasi religius adalah SPIRITUALITAS, KEMANUSIAAN, berikut VISI yang serasi dan seimbang untuk menaklukkan ego masing-masing (dan bukan ego pasangannya).
Religi memang penting, namun spiritualitas lebih utama. Karena bila yang satu masih lebih memandang LABEL, sementara yang lainnya hanya berfokus pada BUKTI NYATA VALUE KEBAJIKANNYA (dengan tanpa memandang apa LABELNYA (keturunan siapa, apa keyakinannya bahkan bangsa apa dan juga bagaimana warna kulitnya bahkan berapa jumlah hartanya)).
4. MANDIRI itu seharusnya jangan lagi pernah tinggal di Pondok Mertua Indah
Mandirilah karena itu wajib, namun gak perlu gengsi bila harus tinggal merawat orang tua, karena (value) kebajikannya begitu berharga bahkan jauh melebihi uang/harta sebesar apapun. Jangan sampai menyesal belakangan (karena bila di depan, namanya pendaftaran, hahhahahaha....:p), karena selain waktu tak bisa diulang juga orang tua gak bisa bangkit lagi dari kematian.
Jangan pernah berharap juga untuk kemudian memperoleh balasan setimpal dari anak kita bila kita sudah mampu berbakti karena hidup tak pernah pasti (berikut berharap dapat balasan kehidupan baik dari alam semesta, karna nanti bisa kuciwa berat karena lupa "hutang masa lalunya" ternyata masih jauh lebih banyak dan besar dari "investasi masa kininya"), tapi selain minimal sudah memberi contoh nyata (yang konon katanya jauh lebih ampuh daripada ribuan bahkan jutaan nasehat) juga "menjaga orang lain sama dengan menjaga diri sendiri", karena mampu bersikap sabar dan tulus saat memberikan kebahagiaan untuk mereka, pada akhirnya meski hidup kita nanti belum tentu terjamin baik, setidaknya hati kita sudah baik duluan :D
KESIMPULAN
Semua syarat yang muncul (seperti yang telah terurai di atas) secara alamiah itu SAMA SEKALI GAK SALAH KARENA ITULAH REALITA KEHIDUPAN. Yang paling penting sesungguhnya kesiapan (mental/batin) kita pribadi saja untuk menghadapi ketidak pastian hidup itu yang jauh lebih penting dan juga utama:
bahwa si cakep masih belum bebas dari efek usia (tua) maupun sakit;
bahwa sang berkelimpahan masih belum terbebas dari perputaran roda kehidupan;
bahwa keyakinan memang penting, tapi pada akhirnya kelakuan lebih utama;
bahwa kita hidup bukan dikasih makan orang lain, maka kalo bisa usahakanlah untuk merawat orang tua kita dengan tangan sendiri (serta gak usah pedulikan gengsi juga pandangan orang lain), karena itu sudah jelas orang tua kita sendiri dan bukan orang tua orang lain. Supaya kita jangan sampai mampu untuk selalu menyalakan cahaya di rumah/hati orang lain, sementara rumah/hati sendiri justru terlantar dalam kegelapan (alias lebih mahir menolong orang tua lain di luar sana, sementara orang tua sendiri bahkan tak mampu untuk diberikan kebahagiaan yang paling sederhana sekalipun).
MAKA JATUH CINTALAH YANG MESKI MUNGKIN PENUH SYARAT ITU DENGAN CARA YANG TANPA SYARAT, KARENA PADA AKHIRNYA HANYA TANPA AKULAH KUNCI UNTUK DAMAI JUGA BAHAGIA
Always with love
Wedyanto Hanggoro
(praktisi seni komunikasi, fasilitator dan konseling)
* semua karya dihasilkan dari sebuah proses pemikiran, adalah bijak saat menyebarkan tetap mencantumkan sumber aslinya. Semoga bermanfaat, semoga berbahagia, gan en _/\_
Komentar
Posting Komentar