Langsung ke konten utama

Bukan CINTA yang bikin sakit, EGO kita yang melakukannya

Pernah gak perhatikan kalo banyak yang mungkin BIASA AJA bisa dapet yang LUAR BIASA. Sementara banyak juga yang mungkin termasuk LUAR BIASA malah dapet yang LUAR BINASA. Bila udah begitu, lalu mau tunjuk sebagai "salah" siapa.


Lagi-lagi KETIDAK-PASTIAN dalam hidup memang merupakan sebuah KENISCAYAAN yang bersifat MUTLAK. Tak ada yang pernah bisa menjamin dan atau menggaransi bahwa sang "malaikat" kemudian memperoleh "kehidupan surgawi", sementara sang "the Beast" kemudian pasti memperoleh kehidupan yang horror.


Punya pasangan baik tapi keluarga (kandung dan juga besarnya) ternyata "menggemaskan". Keluarga besarnya mengagumkan namun sebaliknya giliran sang pasangan yang menyeramkan (bahkan bisa bikin trauma dan fobia, hihihi....:p). Atau semuanya baik-baik saja, tapi giliran sang buah hati kurang atau bahkan bisa saja sangat tidak sesuai harapan.


Bahkan yang "sangat sesuai harapan" pun belum tentu memberikan kegembiraan maksimal saat si buah hati ternyata gantian yang malu punya orang tua yang "kurang sesuai harapan" versi (gambaran) si anak (kebetulan udah cukup lumayan banyak contoh nyatanya, hohoho...::D). Artinya sebenarnya yang buat kita nyesek dan menderita karena EGO kita sibuk cari yang minimal BAIK-BAIK SAJA atau bahkan LANCAR MAKSIMAL yang sukur-sukur SEMPURNA.




Minimal GUDANG GOBER BEBEK aman, yang lain pasti ikutan nyaman

Jujur pendapat ini sama sekali gak salah. Adalah kita justru lalu bersikap seperti munafik bila kemudian menafikan (pentingnya) posisi uang dalam kehidupan. Dalam beberapa hal, saya sempat dianggap kurang pro dengan "ibu yang bekerja". Begini, memang kita gak boleh "MENGGANTUNGKAN" hidup kepada pasangan kita, namun bila sudah termasuk BAIK alangkah lebih bijak, fokus kepada CINTA & PENDIDIKAN SANG BUAH HATI. Sudah banyak kisah memilukan tentang anak yang akhirnya tumbuh kurang maksimal bahkan tidak positif karena "kehilangan" dua akar penting itu.



Pendidikan saja tapi minus cinta akan menghasilkan generasi cerdas dan mungkin saja hebat, super dan luar biasa namun kurang bahkan minus dalam empati/toleran. Sementara full cinta bahkan level super maksimal sekalipun, namun tanpa disertai pendidikan yang baik dan juga benar, hanya akan menghasilkan generasi yang mungkin pemalas bahkan durhaka karena terlalu dimanja.


Mendidik manusia tidaklah semudah berkarir. Karena saat uang hilang atau bahkan musnah (bahkan termasuk kehilangan sang tiang penyangga keuangan keluarga, baik karena meninggal dunia maupun karena ditinggal selingkuh), selama masih punya semangat pasti dijamin masih bisa cari ulang, sementara bila manusia rusak, begitu sulit diperbaiki karena ia makhluk hidup dan bukan robot yang tinggal install ulang programnya. Dan sayangnya kenyataan juga berkata demikian, jatuh miskin, masih bisa kaya lagi bila tak pernah berhenti berusaha, sementara buah hati "hilang", bertahun bahkan mungkin sampai selesai proses kehidupan belum tentu berubah (entah kita atau dia dulu yang harus berakhir proses kehidupannya).



Jangan main-main dengan hal ini. Itulah sebabnya, seorang guru (kebetulan beliau juga seorang praktisi spiritual senior) yang menyampaikan bahwa saat memutuskan MENIKAH, hanya satu yang harus "keluar" dan yang lainnya wajib "di dalam". Sementara mengenai tentang siapa yang "di dalam" dan siapa "yang keluar" tidak harus DIBATASI GENDER TERTENTU, yang penting harus jadi komitmen bersama dan konsisten dipraktekkan. Karena seperti disampaikan beliau, meski kerja berdua pun takkan pernah cukup bila hidupnya sesuai KEINGINAN dan bukan KEBUTUHAN. Sementara meski hanya satu pihak saja yang "keluar" pun pasti akan selalu cukup bila pola hidupnya sudah sesuai KEBUTUHAN dan bukan KEINGINAN. Beliau saat itu memberikan pesan penting bahwa, SIAPAPUN YANG MENCARI UANG DAN SIAPAPUN YANG AKHIRNYA NANTI KEBETULAN "TERPILIH" UNTUK MENJAGA ANAK, KEDUANYA MEMPUNYAI PERAN YANG SAMA PENTING DAN BERHARGANYA. KARENA ANAK SUDAH JELAS JAUH LEBIH MAHAL DAN LEBIH BERHARGA DARIPADA HARTA SEBANYAK DAN SEBESAR APAPUN. SEMENTARA TANPA BANTUAN HARTA, SEORANG ANAK MUNGKIN JUGA TIDAK DAPAT BERTUMBUH DENGAN MAKSIMAL"


Beliau juga mengingatkan, "JANGAN PERNAH KORBANKAN PERTUMBUHAN JIWA DAN MENTAL SEORANG ANAK DEMI UKURAN KEHIDUPAN YANG SESUAI GENGSI DAN PANDANGAN ORANG LAIN, KARENA SELAIN ITU ANAK KITA DAN BUKAN ANAK ORANG LAIN, JUGA BUAT APA SIBUK MEMPERHATIKAN PANDANGAN ORANG LAIN SEMENTARA MEREKA TIDAK PERNAH KASIH MAKAN KITA JUGA"



Dalam kesempatan yang lain, seorang praktisi di bidang keluarga dan parenting menyampaikan bahwa,"BILA SAMPAI KEDUA ORANG TUA KEBETULAN TERPAKSA BEKERJA (SEPERTI BELIAU YANG KEBETULAN PRAKTISI DI BIDANG PENDIDIKAN KELUARGA DAN POLA ASUH ANAK) PASTIKAN BAHWA JADWAL ACARA ATAU KEGIATAN YANG ADA DAPAT MENDUKUNG "INTERAKSI DAN PERTEMUAN" DENGAN SANG BUAH HATI SEHINGGA DAPAT MEMBUAT SANG BUAH HATI SERING DAN RUTIN BERPARTISIPASI DALAM KEGIATAN LUAR DARI ORANG TUANYA DENGAN TANPA MENGGANGGU KEGIATAN PRIBADI SI ANAK UNTUK MENGGAPAI MASA DEPANNYA. SELAIN SUPAYA IA BISA BELAJAR DARI KEAHLIAN ORANG TUANYA JUGA SEKALIGUS MEMAHAMI KEGIATAN ORANG TUANYA DENGAN TANPA SAMA SEKALI MENGORBANKAN MASA DEPANNYA (SEPERTI RELASI DENGAN TEMAN SEUSIANYA MAUPUN KEGIATAN AKADEMIK DAN NON AKADEMIKNYA BAGI KEBUTUHAN MASA DEPANNYA). SEMUA ITU DIMAKSUDKAN AGAR JANGAN SAMPAI TERJADI "MAMPU MEMBERIKAN CAHAYA BAGI BANYAK KELUARGA DI LUAR SANA NAMUN KELUARGA SENDIRI MALAH JUSTRU HIDUP DALAM KEGELAPAN"". 


Itu adalah intisari dari pengalaman pribadi beliau yang kebetulan sebelumnya memutuskan untuk mundur total dari pekerjaan utamanya, karena sebagai bentuk komitmennya untuk "menjaga (anak) di dalam" dan setelah sudah terbukti hasilnya, beliau bersemangat untuk berbagi agar banyak yang memperoleh BERKAT yang sama dengan kehidupan keluarga beliau, namun tetap beliau berusaha untuk  SEIMBANG dan tidak "aji mumpung", karena kesadaran dan kebijaksanaan beliau bahwa jangan sampe pilihannya untuk berbagi malah nanti mengorbankan keluarganya. Karena baginya, makna KEHADIRAN sangat penting, karena meski alat komunikasi/sosial media sudah lebih dari sangat membantu, namun interaksi langsung, sentuhan nyata, telinga dan juga kesungguhan hati takkan pernah bisa digantikan oleh gadget apapun dan juga uang dan emas sebanyak apapun. Dan sayangnya menurut beliau juga, hal ini juga berlaku di KEGIATAN SOSIAL/SPIRITUAL sekalipun, karena beliau juga menemui banyak kasus dimana orang tuanya banyak MENCERAHKAN RUMAH ORANG LAIN, NAMUN RUMAH SENDIRI MALAH JUSTRU DALAM KEGELAPAN.



Begitu pula dengan guru yang lain memberikan pesan bahwa uang mungkin penting, karena bahkan kehidupan spiritual beliau saja suka tidak suka masih memerlukan dukungan materi (dari para dermawan) untuk dapat bergerak. Namun jangan sampai, waktu dan kehadiran bersama keluarga (juga kesehatan pribadi) lalu dikorbankan atas nama "keamanan" tabungan masa depan, sementara masa kini saja belum pasti dan mati juga tidak harus menunggu usia tua terlebih dahulu. Beliau mengingatkan pula bahwa jangan sampai karena kelelahan bekerja, akhirnya bukan hanya kemesraan hubungan hilang karena sampai rumah hanya bisa (numpang) tidur karena saking capeknya (dan akhirnya berubah alih fungsi menjadi lebih mirip hotel daripada sebuah rumah), juga kehilangan waktu komunikasi dengan pasangan dan buah hati juga orang tua, termasuk bahkan tak ada lagi kegiatan batin suami-istri sebagaimana wajarnya sebuah pernikahan dibangun karena tubuh jasmani sudah tak mampu diajak kompromi akibat terlalu sibuk bekerja di luar sana. Karena itu bukan hanya MEMBAHAYAKAN hubungan (akhirnya kedua belah pihak tanpa sadar jadi lebih banyak"berkomunikasi" dengan orang lain) juga sekaligus kesehatan (kekuatan tubuh ada batasnya karena ia terbuat dari daging dan darah, sementara mesin yang dari baja saja masih butuh istirahat agar tidak mudah rusak).




PENUTUP

Dengan segala hormat, setelah menyimak semua uraian ini, kesannya jadi benar bahwa "Cinta adalah Penderitaan Tiada Akhir" ya. Semua terlihat jadi serba salah. Karena berlimpah harta kuatir anak gubrak. Belum lagi, ketemu orang tua yang punya prinsip "saya dulu pernah susah, jadi wajar kan kalo saya gak mau anak saya sampai ngerasain susah kayak saya dulu, apalagi duit, ya duit gue ini bukan duit orang, dan itu juga anak, ya anak gue, ya suka-suka gue dunk mau gimana..."



Namun berkaca dari pengalaman super chef Gordon Ramsay & master investasi dunia Warren Buffet, yang totally mendidik semua buah hati mereka dalam kesederhanaan sejak masih dini hingga mereka dewasa plus bila bisa mandiri dengan kerja keras mereka sendiri (termasuk keputusan meniadakan warisan kepada buah hati mereka), menunjukkan KEINDAHAN JALAN TENGAH DALAM PROSES MENJAGA BUAH HATI MEREKA, DENGAN BUKAN MEMANJAKAN JUGA BUKAN MELAKUKAN TINDAKAN KEKERASAN UNTUK KEPATUHAN, MELAINKAN PENDIDIKAN PENUH BELAS KASIH UNTUK KEDEWASAAN DAN KEBIJAKSANAAN BUAH HATI MEREKA.



So, berkaca dari semua pengalaman nyata yang telah terurai di atas itu, maka pada akhirnya sesungguhnya sama sekali bukan salah cinta yang membuat hidup kita terasa sulit dan komplikasi, melainkan murni EGO kita yang mungkin belum siap UNTUK MENERIMA KETIDAK-SEMPURNAAN HIDUP SEMENTARA BERANI MEMBENTUK IKATAN PERNIKAHAN YA MOHON MAAF HARUS DAN WAJIB MENERIMA RESIKO DAN DENGAN SEGALA KONSEKWENSINYA. Ibaratnya bila awalnya kedua pasangan sama sama hebat dan jago dalam cari uang, ya terpaksa harus ada SALAH SATU YANG BERSEDIA TOLERANSI UNTUK "TINGGAL DI DALAM" (yang tidak harus terikat dan menunjuk kepada salah satu gender alias bisa siapa saja, entah sang suaminya yang di dalam sementara istrinya di luar atau sebaliknya, yang penting komitmen tersebut wajib dilaksanakan dengan konsisten sesuai kesepakatan awal, karena bila tidak, jatuhnya akan jadi komat-kamit, hahahhahaha.......:D), DAN BILA TERPAKSA KEDUANYA HARUS KELUAR SEKALIPUN WAJIB ADA KEIKUT-SERTAAN SANG BUAH HATI DI DALAMNYA KARENA KEHADIRAN TAKKAN PERNAH BISA DIGANTIKAN PENGASUH BAHKAN KAKEK-NENEKNYA SEKALIPUN. INTI SEDERHANANYA ADALAH, JANGAN SAMPAI MAMPU BAHKAN MAHIR MENYALAKAN CAHAYA BAGI HIDUP DAN RUMAH BANYAK ORANG/KELUARGA DI LUAR SANA, NAMUN RUMAH DAN KELUARGA SENDIRI JUSTRU TINGGAL DI DALAM KEGELAPAN.



Relasi yang baik sungguh-sungguh membutuhkan TOLERANSI DAN MELEPAS, karena bila tidak bersedia melepas, maka hanya ego yang muncul. Ego untuk tampil hebat (sayang dengan karir sudah dibangun) termasuk ingin HIDUP HEBAT TAPI AKHIRNYA TERPAKSA HARUS KORBAN ANAK JADI GUBRAK, KARENA MAKSUD HATI SIBUK CARI MODAL UNTUK MASA DEPAN SANG BUAH HATI NAMUN SULIT BAHKAN TAK PERNAH ADA WAKTU BUAT HADIR BAGI MEREKA.



Sharing ini ditulis lebih diutamakan untuk mengingatkan diri sendiri terlebh dahulu tentunya. Namun lebih dan kurangnya tetap semoga masih memberikan manfaat bagi kita semua dan semoga memberikan kebahagiaan bagi kita semua setelah selesai membacanya dan semoga demikian adanya.





Always with love


Wedy

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta yang Tak Pernah Padam (dari Chicken Soup for The Couple Soul)

Ketika aku berjalan kaki pulang ke rumah di suatu hari yang dingin, kakiku tersandung sebuah dompet yang tampaknya terjatuh tanpa sepengetahuan pemiliknya. Aku memungut dan melihat isi dompet itu kalau-kalau aku bisa menghubungi pemiliknya. Tapi, dompet itu hanya berisi uang sejumlah tiga Dollar dan selembar surat kusut yang sepertinya sudah bertahun-tahun tersimpan di dalamnya. Satu-satunya yang tertera pada amplop surat itu adalah alamat si pengirim. Aku membuka isinya sambil berharap bisa menemukan petunjuk. Lalu aku baca tahun “1924″. Ternyata surat itu ditulis lebih dari 60 tahun yang lalu. Surat itu ditulis dengan tulisan tangan yang anggun di atas kertas biru lembut yang berhiaskan bunga-bunga kecil di sudut kirinya. Tertulis di sana, “Sayangku Michael”, yang menunjukkan kepada siapa surat itu ditulis yang ternyata bernama Michael. Penulis surat itu menyatakan bahwa ia tidak bisa bertemu dengannya lagi karena ibu telah melarangnya. Tapi, meski begitu ia masih tetap mencintainy...

Makna Hidup (oleh Bunda Teresa)

‎​ * Hidup adalah kesempatan, gunakan itu. * Hidup adalah keindahan, kagumi itu. * Hidup adalah mimpi, wujudkan itu. * Hidup adalah tantangan, hadapi itu. * Hidup adalah kewajiban, penuhi itu. * Hidup adalah pertandingan, jalani itu. * Hidup adalah mahal, jaga itu. * Hidup adalah kekayaan, simpan itu. * Hidup adalah kasih, nikmati itu. * Hidup adalah janji, genapi itu. * Hidup adalah kesusahan, atasi itu. * Hidup adalah nyanyian, nyanyikan itu. * Hidup adalah perjuangan, terima itu. * Hidup adalah tragedi, hadapi itu. * Hidup adalah petualangan, lewati itu. * Hidup adalah keberuntungan, laksanakan itu. * Hidup adalah terlalu berharga, jangan rusakkan itu. ‎​Orang sering keterlaluan, tidak logis, dan hanya mementingkan diri sendiri; bagaimanapun, maafkanlah mereka Bila engkau baik hati, bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih; bagaimanapun, berbaik hatilah Bila engkau sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu, dan beberapa yang sejati; bagaimanapun, ...

" SUDAH PUNYA, TAK LAGI INDAH "

‎​‎​ Yang punya Iphone merasa Blackberry lebih effisien. Yang punya Blackberry merasa Iphone lebih canggih dan keren. Yang punya Accord merasa Camry lebih sportif. Yang punya Camry merasa Accord lebih gagah. Yang tinggal di gunung merindukan pantai. Yang tinggal di pantai merindukan gunung. Di musim panas merindukan musim dingin. Di musim dingin merindukan musim panas. Yang berambut hitam mengagumi yang pirang. Yang berambut pirang mengagumi yang hitam. Diam di rumah merindukan bepergian. Setelah bepergian merindukan rumah. Ketika masih jadi Staff ingin jadi Manager. Begitu jadi Manager ingin jadi Staff , gak pusing katanya. Waktu tenang mencari keramaian. Waktu ramai mencari ketenangan. Saat masih bujangan, pengin punya suami ganteng/istri cantik. Begitu sudah dapat suami ganteng/istri cantik, pengin yang biasa2 saja. Bikin cemburu aja/ takut selingkuh!!! Punya anak satu mendambakan banyak anak. Punya banyak anak mendambakan satu anak saja. K...