Judul di atas saya peroleh dari sebuah game quiz di Facebook berjudul "tanya Ko Ahok". Terlihat lucu, tapi maknanya sebenarnya sangat serius. Memang masih bagus bisa BERTAHAN, namun cuman sekedar survive, masalahnya belum tentu bisa bahagia kan :p
HIDUP GAK PASTI
Sebagian besar dari kita paham tentang hal ini, namun sayangnya masih banyak yang tak pernah siap saat ketidak-pastian datang. Maaf, apa yang akhirnya perlu disombongkan, bila beberapa menit dari sekarang saja, kita juga tak pernah tahu bakal terjadi apa kepada diri kita.
Adalah wajar dan sangat alamiah, bila kebetulan punya berkah hidup yg kebetulan baik dan berupa baik pula, namun sayangnya semuanya pasti kena hukum alam semesta bernama ketidak-pastian.
Yang perlu lebih dipersiapkan sesungguhnya bukan tabungan deposito, karena banyak yang akhirnya berjuang terlalu keras karena takut (hidupnya) kekurangan di masa depan namun akhirnya terpaksa gugur di usia muda karena kelelahan, atau saat tua juga menyesal karena banyak kehilangan momen cinta dan kebersamaan bersama orang-orang terkasih, sementara waktu takkan pernah bisa terulang.
JADI SESUNGGUHNYA UNTUK APA MEMILIH UNTUK HIDUP DALAM PERNIKAHAN
Menikahlah untuk pernikahan itu sendiri. Karena bila sekedar untuk mencari keturunan, pasti akan menemui kekecewaan saat tidak bisa memiliki buah hati, dan akhirnya bila berlanjut pun hanya sekedar BERTAHAN.
Menikahlah pula bukan karena ada keamanan ATM HIDUP, karena suatu saat akan kecewa juga bila roda kehidupan terpaksa berputar ke bawah, dan akhirnya bila beruntung terus berlanjut pun, itu hanya sekedar BERTAHAN.
Menikahlah pula bukan karena si dia indah menawan rupawan bagai rembulan, krn suatu saat ia terpaksa berganti teriknya matahari dan harus kehilangan seluruh keindahannya, bukan hanya oleh roda usia tapi juga penyakit, maka bila beruntung akan BERTAHAN dan bila tidak maka rumput tetangga akhirnya selalu terlihat lebih hijau.
Menikahlah pula bukan karena dia bermoral baik dan berkarakter bagai malaikat, karena kita akan sangat kecewa bahkan marah saat ternyata kita tahu masa lalunya kebetulan punya noda dan atau karena proses kehidupan yang kebetulan kurang bersahabat membuat si dia akhirnya berubah jadi makhluk jadi-jadian di masa depan, dan akhirnya bila beruntung terus berlanjut, itu hanya sekedar BERTAHAN untuk sebuah citra keluarga ideal bagi keluarga dan pandangan umum.
Maka, Menikahlah untuk jiwa pernikahan itu sendiri yaitu berbagi suka dan duka sebagaimana seorang sahabat saling menjaga satu sama lain hingga hanya maut memisahkan. Punya banyak teman itu mudah, tapi punya satu orang sahabat yang berdiri di samping kita dalam segala cuaca itu sebuah pekerjaan yang sangat-sangat tidak mudah, bahkan hal itu juga sangat tidak mudah bagi para guru bijak dan nabi suci sekalipun.
Dengan menyadari bahwa seorang sahabat baiklah dan bukannya akuntan pribadi atau rekan bisnis bahkan malaikat/bidadari yang kita perlukan, dalam membangun bahtera rumah tangga, maka hadirnya badai apapun dalam kehidupan (mulai dari badai moneter, badai kesehatan sampai badai godaan pihak ketiga sekalipun) tidak lagi menjadi masalah yang besar, melainkan murni jadi sarana latihan bagi ketulusan dan keindahan dari sebuah perjalanan persahabatan.
PENUTUP
Mungkin saja contoh ini kurang tepat bagi beberapa pihak, untuk itu saya mohon maaf sebelumnya, tapi bagi saya secara pribadi, ini bisa menggambarkan bagaimana cinta seharusnya bukan bagaimana bertahan tapi arahnya mau kemana.
Semalam menonton sebuah film Korea, "My Little Baby, Jaya". Tentang bagaimana hubungan cinta yang begitu indah dan juga sangat luar biasa antara seorang anak perempuan dengan ayah tunggalnya yang kebetulan menderita cerebral palsy. Di saat anak lain mungkin malu punya orangtua seperti itu, namun Jaya sangat bangga akan ayahnya (karena meski memiliki keterbatasan baik dalam fisik maupun ekonomi) ayahnya mampu menyekolahkan dirinya ke sekolah elite.
Sayang hidup kurang berpihak kepada mereka berdua. Prestasi di sekolahnya membuat iri para siswa yang selama ini nyaman di "menara gading", hingga akhirnya dilakukan tindakan intimidasi secara sistematis dan juga sangat-sangat tidak berperi-kemanusiaan sampai berujung kepada tindakan nekat Jaya mengakhiri hidupnya, dan akhirnya memaksa ayahnya dengan segala keterbatasannya, sukses melakukan pembalasan dendam brutal (sebagaimana kekuatan alam dimana saat hati yang penuh cinta terlalu dihancurkan begitu dalam) kepada seluruh perusak kehidupan buah hatinya, dan terpaksa melakukannya sendiri, akibat hukum dan masyarakat tak mampu membantunya, karena sudah dibungkam oleh uang dan kekuasaan.
Bukan contoh yang nyaman, namun rasanya sangat pas menggambarkan bagaimana seharusnya KEKUATAN CINTA itu bekerja, agar sebuah hubungan bukan hanya sekedar BERTAHAN (tapi belum tentu bahagia), namun bagaimana menjadi sebuah persahabatan yang indah sekaligus abadi di setiap cuaca.
(Catatan penting: film di atas sangat tidak cocok bahkan untuk usia remaja apalagi anak-anak karena meski begitu indah dan menyentuh hati hubungan antar ayah dan putrinya, namun seluruh adegan kekerasannya bahkan kurang nyaman bagi yang lemah jantung dan juga lemah perut. Memperoleh beberapa penghargaan bergengsi di festival film, khususnya bagi pemeran putri yang berbakti itu.)
Seorang sahabat tidak harus sempurna (sebagaimana kondisi sang ayah dalam contoh film di atas), namun ketulusan kedua ayah dan anak itu untuk menjaga "sahabatnya" adalah lebih dari indah bahkan tak dapat diungkapkan dengan kata atau kalimat apapun, sekaligus Mereminder saya bagaimana seharusnya memperlakukan orang tua dan calon pasangan saya kelak. Semoga bermanfaat, semoga berbahagia _/\_
Always with love
Wedy :)
HIDUP GAK PASTI
Sebagian besar dari kita paham tentang hal ini, namun sayangnya masih banyak yang tak pernah siap saat ketidak-pastian datang. Maaf, apa yang akhirnya perlu disombongkan, bila beberapa menit dari sekarang saja, kita juga tak pernah tahu bakal terjadi apa kepada diri kita.
Adalah wajar dan sangat alamiah, bila kebetulan punya berkah hidup yg kebetulan baik dan berupa baik pula, namun sayangnya semuanya pasti kena hukum alam semesta bernama ketidak-pastian.
Yang perlu lebih dipersiapkan sesungguhnya bukan tabungan deposito, karena banyak yang akhirnya berjuang terlalu keras karena takut (hidupnya) kekurangan di masa depan namun akhirnya terpaksa gugur di usia muda karena kelelahan, atau saat tua juga menyesal karena banyak kehilangan momen cinta dan kebersamaan bersama orang-orang terkasih, sementara waktu takkan pernah bisa terulang.
JADI SESUNGGUHNYA UNTUK APA MEMILIH UNTUK HIDUP DALAM PERNIKAHAN
Menikahlah untuk pernikahan itu sendiri. Karena bila sekedar untuk mencari keturunan, pasti akan menemui kekecewaan saat tidak bisa memiliki buah hati, dan akhirnya bila berlanjut pun hanya sekedar BERTAHAN.
Menikahlah pula bukan karena ada keamanan ATM HIDUP, karena suatu saat akan kecewa juga bila roda kehidupan terpaksa berputar ke bawah, dan akhirnya bila beruntung terus berlanjut pun, itu hanya sekedar BERTAHAN.
Menikahlah pula bukan karena si dia indah menawan rupawan bagai rembulan, krn suatu saat ia terpaksa berganti teriknya matahari dan harus kehilangan seluruh keindahannya, bukan hanya oleh roda usia tapi juga penyakit, maka bila beruntung akan BERTAHAN dan bila tidak maka rumput tetangga akhirnya selalu terlihat lebih hijau.
Menikahlah pula bukan karena dia bermoral baik dan berkarakter bagai malaikat, karena kita akan sangat kecewa bahkan marah saat ternyata kita tahu masa lalunya kebetulan punya noda dan atau karena proses kehidupan yang kebetulan kurang bersahabat membuat si dia akhirnya berubah jadi makhluk jadi-jadian di masa depan, dan akhirnya bila beruntung terus berlanjut, itu hanya sekedar BERTAHAN untuk sebuah citra keluarga ideal bagi keluarga dan pandangan umum.
Maka, Menikahlah untuk jiwa pernikahan itu sendiri yaitu berbagi suka dan duka sebagaimana seorang sahabat saling menjaga satu sama lain hingga hanya maut memisahkan. Punya banyak teman itu mudah, tapi punya satu orang sahabat yang berdiri di samping kita dalam segala cuaca itu sebuah pekerjaan yang sangat-sangat tidak mudah, bahkan hal itu juga sangat tidak mudah bagi para guru bijak dan nabi suci sekalipun.
Dengan menyadari bahwa seorang sahabat baiklah dan bukannya akuntan pribadi atau rekan bisnis bahkan malaikat/bidadari yang kita perlukan, dalam membangun bahtera rumah tangga, maka hadirnya badai apapun dalam kehidupan (mulai dari badai moneter, badai kesehatan sampai badai godaan pihak ketiga sekalipun) tidak lagi menjadi masalah yang besar, melainkan murni jadi sarana latihan bagi ketulusan dan keindahan dari sebuah perjalanan persahabatan.
PENUTUP
Mungkin saja contoh ini kurang tepat bagi beberapa pihak, untuk itu saya mohon maaf sebelumnya, tapi bagi saya secara pribadi, ini bisa menggambarkan bagaimana cinta seharusnya bukan bagaimana bertahan tapi arahnya mau kemana.
Semalam menonton sebuah film Korea, "My Little Baby, Jaya". Tentang bagaimana hubungan cinta yang begitu indah dan juga sangat luar biasa antara seorang anak perempuan dengan ayah tunggalnya yang kebetulan menderita cerebral palsy. Di saat anak lain mungkin malu punya orangtua seperti itu, namun Jaya sangat bangga akan ayahnya (karena meski memiliki keterbatasan baik dalam fisik maupun ekonomi) ayahnya mampu menyekolahkan dirinya ke sekolah elite.
Sayang hidup kurang berpihak kepada mereka berdua. Prestasi di sekolahnya membuat iri para siswa yang selama ini nyaman di "menara gading", hingga akhirnya dilakukan tindakan intimidasi secara sistematis dan juga sangat-sangat tidak berperi-kemanusiaan sampai berujung kepada tindakan nekat Jaya mengakhiri hidupnya, dan akhirnya memaksa ayahnya dengan segala keterbatasannya, sukses melakukan pembalasan dendam brutal (sebagaimana kekuatan alam dimana saat hati yang penuh cinta terlalu dihancurkan begitu dalam) kepada seluruh perusak kehidupan buah hatinya, dan terpaksa melakukannya sendiri, akibat hukum dan masyarakat tak mampu membantunya, karena sudah dibungkam oleh uang dan kekuasaan.
Bukan contoh yang nyaman, namun rasanya sangat pas menggambarkan bagaimana seharusnya KEKUATAN CINTA itu bekerja, agar sebuah hubungan bukan hanya sekedar BERTAHAN (tapi belum tentu bahagia), namun bagaimana menjadi sebuah persahabatan yang indah sekaligus abadi di setiap cuaca.
(Catatan penting: film di atas sangat tidak cocok bahkan untuk usia remaja apalagi anak-anak karena meski begitu indah dan menyentuh hati hubungan antar ayah dan putrinya, namun seluruh adegan kekerasannya bahkan kurang nyaman bagi yang lemah jantung dan juga lemah perut. Memperoleh beberapa penghargaan bergengsi di festival film, khususnya bagi pemeran putri yang berbakti itu.)
Seorang sahabat tidak harus sempurna (sebagaimana kondisi sang ayah dalam contoh film di atas), namun ketulusan kedua ayah dan anak itu untuk menjaga "sahabatnya" adalah lebih dari indah bahkan tak dapat diungkapkan dengan kata atau kalimat apapun, sekaligus Mereminder saya bagaimana seharusnya memperlakukan orang tua dan calon pasangan saya kelak. Semoga bermanfaat, semoga berbahagia _/\_
Always with love
Wedy :)
Komentar
Posting Komentar